Friday, October 7, 2011

P.E.R.C.A.Y.A.

DI & VIA, 2 orang anak kembar sedang duduk-duduk di teras rumah mereka.
"Percaya itu sebenarnya apa? Satu kalimat pertanyaan yang membuatku sedikit bingung. Tidak banyak yang kutahu soal kata itu, kecuali menyerahkan kepercayaan pada seseorang", kata DI.
"Itu benar. Simpel kan? Tapi kenapa masih jadi pikiran? Dasar aneh". VIA mendecakkan lidah.
"Simpel sih simpel, tapi berat tau".
"Lho kenapa?", VIA pura-pura tidak tahu.
"Wah, ini nih. Lo sodara kembar gue bukan sih? Masa' ga tau perasaan gue?", DI sudah mengeluarkan bahasa informalnya, tanda dia kesal.
"Iya iya, tau kok. Tadi cuma mau ngetes aja. Ternyata nggak berubah. Hihihi", VIA tertawa usil. "Menurutku ya, jaga aja kepercayaan yang diberikan orang lain ke kamu. Mereka percaya bahwa kamu mampu dan tidak akan mengecewakan mereka".
DI tertunduk. "Tapi diantara sekian banyak yang bisa dipercaya, kenapa aku yang dipilih?".
VIA menghembuskan napas. Saudara kembarnya itu benar-benar suka memikirkan hal-hal remeh yang seharusnya tidak perlu terlalu dipikirkan. "Dengar ya, DI. Kamu seharusnya bersyukur menjadi yang terpilih. Tidak sembarang orang bisa diberi kepercayaan seperti itu".
DI mencerna setiap kata VIA. Saudara kembarnya itu benar. Dia harus bersyukur dan menjalankan kepercayaan itu dengan penuh tanggung jawab supaya di waktu yang akan datang dia tetap terpilih.
"Terima kasih atas sarannya, VIA".

DIOPI melongo hebat melihat Pradivia berbicara sendiri, pindah dari satu posisi ke posisi yang lain.
"Apa yang kamu lakukan?".
Pradivia menoleh. "Wah! Ngagetin aja. Sejak kapan disitu?".
"Sejak kamu mulai berbicara sendiri. Hilangkan kebiasaan anehmu itu. Dasar gila!".

1 comment:

  1. Wah....ckckckcckk
    topik yg prnh di dengr sblmnya..
    Sebagian kt2 VIA. .....serasa de javu hehehe

    jgn terlalu di bwt rmit nikmatilah ;-)

    ReplyDelete