Saturday, July 30, 2011

Architect in Fiction

Arsitek lagi...Arsitek lagi...Mungkin kalian berpikir kapan aku tidak berbicara soal profesi yang satu itu, bahkan sudah beberapa entri yang kutulis mengandung kata arsitek. Hmm...Apa boleh buat 'kan, aku juga sedang berusaha mendalami profesi itu jadi mau tidak mau sedikit-sedikit harus membahas profesi itu.

Kali ini apa yang harus kutulis ya? Hmm...(berpikir keras) AHA! Aku baru ingat, belakangan ini aku sering sekali menjumpai kata arsitek di komik, novel, ataupun film. Aku tidak sengaja memilih buku ataupun film itu. Bukan berarti aku calon arsitek lantas memilih buku cerita dan film yang ada arsiteknya. Aku tahu itu setelah membaca dan menontonnya.

Berikut adalah tokoh-tokoh fiksi yang berprofesi sebagai arsitek:
1. Ayah Archie & Meidy di komik Archie & Meidy
2. Papa Zevanya di novel Senyum untuk Zevanya
3. Alexandra Radityo di novel Cintavaganza (baru sebatas cita-cita)
4. Fiona di novel Promises, Promises (interior designer)
5. Park Jae Bin di novel Oppa & I
6. Kang Ji Hwan di novel Marrying AIDS
7. Narayan Sadewa di novel Infinitely Yours
8. Benjamin Setiawan di novel I For You
9. Nishizima Kenji di novel Sekelopak Bunga Sakura
10. Kang Joo Sang (diperankan oleh Bae Yong Joon) di drama korea Winter Sonata
11. Jeon Jin Ho (diperankan oleh Lee Min Ho) di drama korea Personal Taste
12. Han Kang (diperankan oleh Jo Hyun Jae) di drama korea 49 Day
13. Dewi Zahrana (diperankan oleh Meyda Sefira) di film Cinta Suci Zahrana 
14. Simon dan Mahoni di novel Memori
15. Toby Max di novel In a Blue Moon
16. Richard Wenner dan Chatlea Rumy di novel Hatiku Memilihmu
17. Anditio Wirawan di novel The Architect 
18. River Jusuf di novel The Architecture of Love

Data di atas merupakan yang sudah aku baca dan tonton (mungkin masih ada lagi yang belum kuketahui, mohon diberitahu). Menarik 'kan? Aku tidak sengaja memilih mereka. Mungkinkah ini...takdir? Hahaha...Arsitek sekarang banyak diminati, bahkan tokoh dalam cerita pun ada yang berprofesi sebagai arsitek. "Arsitek itu keren", begitu kata seorang temanku.
Tidak hanya tokoh fiksi dalam cerita yang berprofesi sebagai arsitek, bahkan pembuatnya pun ada yang berprofesi sama, seperti:
1. Windry Ramadhina, pengarang novel Orange
2. Moemoe Rizal, pengarang novel Satu Cinta Sejuta Repot
3. Pradivia, pengarang novel Love or Revenge 
4. Arumi E., pengarang novel Tahajud Cinta di Kota New York
5. Ariesta F. Firdyatama, pengarang novel The Architect

Wow! Aku benar-benar iri dengan mereka. Aku juga ingin seperti mereka, arsitek sekaligus novelis. Hmm...pasti menyenangkan. Karyamu akan terus diingat orang.

Masih banyak yang belum kuketahui, mungkin saja di waktu yang akan datang aku akan menjumpai lagi profesi arsitek di cerita fiksi yang lain atau mungkin akan bertambah lagi profesi arsitek sekaligus novelis. Who knows?

Monday, July 18, 2011

1 Liter of Tears

Sekitar 2 minggu lalu, aku baru saja selesai membaca novel yang berjudul 1 Liter of Tears. Aku sudah tau ceritanya seperti apa karena ketika SMP dulu doramanya pernah tayang di TV, tapi tetap saja aku masih membaca novelnya juga. Mungkin bisa disebut membandingkan, mana yang lebih bagus. 'Kan ada adegan yang tidak ditayangkan ketika jadi dorama dan ada juga penambahan adegan yang tidak ada di novel.

Novel ini sendiri sebenarnya adalah rangkuman dari buku harian seorang Kito Aya. Dia mengidap penyakit langka yang belum ada obatnya pada masa itu. Nama penyakit itu adalah Spinocerebellar Ataxia yang menyebabkan penderitanya mengalami ketidakseimbangan dalam daya kerja saraf dan tubuh yang berujung pada kelumpuhan dan kematian.

Ketika menonton doramanya (yang diperankan oleh Sawajiri Erika) dulu, aku menangis. Seorang gadis remaja yang seharusnya menikmati masa-masa SMA dengan penuh suka cita malah harus berjuang melawan penyakit mematikan seperti itu. Aku sering membayangkan bagaimana seandainya aku mengalami hal seperti itu. Akankah aku bisa setegar Kito Aya? Kurasa aku tidak akan mampu dan hanya bisa pasrah pada keadaan.
Ketika membaca novelnya pun, aku menangis. Cerita yang sama dalam format yang berbeda berhasil membuatku yang jarang menangis ini jadi menangis. Walaupun kini Kito Aya sudah lama meninggal, tapi buku hariannya bisa menjadi penyemangat bagi orang-orang yang merasa putus asa dan hanya berserah diri pada nasib.

Selama kita hidup, berbuatlah hal-hal yang baik untuk orang lain. Jika nanti kita meninggal, mereka yang masih hidup akan terus mengingat kita.

Tuesday, July 5, 2011

Zero

Aneh...Ini benar-benar aneh. Sudah hampir 2 minggu aku libur, tapi apa yang sudah kulakukan selama waktu itu? Aku baru sedikit melakukan apa yang sudah kurencanakan di daftar. Ini tidak seperti biasanya.

Aku ingin pergi liburan, tapi keadaan di rumah tidak memungkinkan untuk liburan
Aku ingin menyewa komik di TB. Nanda setidaknya seminggu sekali, tapi rasanya untuk keluar rumah saja malas
Aku ingin membeli setidaknya 3 novel, tapi tidak ada cerita yang menarik (menurutku)
Aku ingin membeli dan menonton setidaknya 2 judul drama asia, tapi lagi-lagi tidak ada cerita yang menarik (menurutku)
Aku ingin bermain PlayStation, tapi semua kasetku membosankan
Ok, mungkin yang telah kusebutkan di atas ada sedikit terhambat dengan masalah dana. Tapi tidak untuk yang satu ini:
Aku ingin melanjutkan novelku yang sempat tertunda, tapi ide cerita itu sudah terbang entah kemana dan yang paling fatal adalah aku tidak ada niat. Aaaahhh...Padahal waktu liburan inilah bisa menyelesaikannya (targetku). Kalau sudah mulai kuliah lagi, si novel akan terlupakan.

Ada apa sebenarnya denganku? Rasanya mengalami kekosongan dalam diri. Tidak tahu harus berbuat apa, tapi banyak yang ingin diperbuat (bingung kan?). Mungkin aku harus istirahat beberapa hari lagi. Segala sesuatu itu harus ada niat baru bisa dilaksanakan.
Fighting!