AKU,
KAMU DAN HUJAN
Siang
itu di dalam kelas, aku melihat ada segumpal awan hitam yang mulai mendekat
disertai dengan angin kencang.
“Hei, ayo pulang sebelum hujan”,
ajak Hiro.
Aku pun menenteng tasku keluar
kelas dengan enggan. Di atas motor, aku lebih banyak diam.
“Aku benci hujan”, gumamku.
Tak lama itu, hujan pun turun.
Kami segera berteduh di bawah atap ruko. Seakan bisa membaca gerak-gerikku yang
mulai kedinginan, Hiro menyelimutiku dengan jaketnya.
“Hangatnya”, pipiku pun bersemu merah.
Aku tidak akan membencimu lagi,
hujan. Karenamu aku bisa bersamanya sampai hujan reda malam harinya.
No comments:
Post a Comment